BAB 1
PENDAHULUAN
Pengertian Perencanaan Komunikasi
Kegiatan
komunikasi dapat dikatakan sama usianya dengan peradaban manusia. Disadari
ataupun tidak disadari dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat lepas
dari komunikasi. Tingkat kebehasilan suatu komunikasi dapat terlihat dari
tingkat pencapaian tujuan berkomunikasi. Semakin sesuai tujuan berkomunikasi
tercapai maka suatu komunikasi dapat pula dikatakan berhasil dilaksanakan.
Sebaliknya, jika tujuan berkomunikasi tidak tercapai maka komunikasi tersebut
dapat dikatakan gagal.
Banyak
contoh dari kegagalan sebuah komunikasi disekitar Anda, termasuk dalam
pergaulan sehari-hari, perkuliahan, pengajaran, atau kegiatan demonstrasi. Anda
mungkin sering merasa kesal jika kalimat yang Anda ucapkan tidak sesuai dengan
apa yang diterima oleh teman Anda. Atau saat Anda melakukan kampanye pencalonan
diri menjadi ketua sebuah organisasi dengan harapan akan terpilih, justru
menjadi kegagalan dikarenakan visi misi yang Anda buat tidak sampai dengan baik
ke teman-teman Anda.
Untuk
meminimalkan tingkat kegagalan komunikasi, maka sebelum melakukan kegiatan
penyampaian pesan, sebaiknya dibuatlah sebuah perencanaan komunikasi.
Perencanaan komunikasi dalam rangka merancang dan melaksanakan program
komunikasi amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari
kegiatan ini adalah sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Materi
pada bab ini merupakan dasar pemahaman Anda sebelum membuat sebuah perencanaan
komunikasi. Cukup dengan membaca secara seksama dan mencoba memahami apa yang
disajikan pada bab ini, Anda akan mendapat pemahaman mengenai pengertian
perencanaan dan rencana komunikasi, keuntungan perencaan sampai langkah-langkah
perencanaan.
ada
beberapa tahapan dalam perencanaan komunikasi penunjang
pembangunan, seperti :
a.
Masalah apa yang dihadapi
b.
Siapa khalayak yang dituju
c.
Tujuan apa yang ingin dicapai
d.
Pendekatan apa yang akan digunakan
e.
Pesan apa yang akan disampaikan
f.
Media atau saluran apa yang paling tepat
g.
Evaluasi dan monitoring program
Beberapa
hal-hal pokok diatas oleh Assifi and French (1982) dalam Zulkarnaen dkk (1994
:20) dirumuskan dalam langkah-langkah perencanaan program komunikasi yang lebih
sederhana, sebagai berikut :
Langkah-langkah
Perencanaan Program Komunikasi
Menganalisis masalah
Menganalisis khalayak
Merumuskan objective
Memilih media atau
saluran komunikasi
Mengembangkan pesan
Merencanakan produksi
media
Merencanakan manajemen
program
Merencanakan monitoring
dan evaluasi
BAB II
ISI
A. ANALISIS MASALAH
Permasalahan adalah
awal dari membuat sebuah perencanaan. Karena perencanaan program komunikasi
yang akan kita buat adalah upaya untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan.
Sebelum merumuskan masalah kita harus mendeskripsikan latarbelakang masalah
yang berisi mengapa permasalahan itu muncul, mengapa permasalahan itu menarik
bagi perencana, apa dan bagaimana perencanaan itu akan dibuat untuk memecahkan
masalah tersebut.
Masalah timbul karena
adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal
atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity),
adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada
ataupun yang akan ada.
Sebagai patokan yang
sederhana dapat dikatakan bahwa masalah adalah sesuatu hal yang merupakan
perbedaan, jarak atau celah (gap) antara keadaaan yang seharusnya
(das sollen) dengan keadaan
yang ada sekarang (das sein).
Penyebab-penyebab
Masalah
Dalam melakukan analisis
masalah, perhatian kita arahkan pada faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
perbedaan (gap) antara prilaku
khalayak sasaran yang ada sekarang dengan apa yang diinginkan atau yang hendak
dituju. Dengan melihat hal-hal ini, jika tidak ada perbedaan maka tidak ada
masalah. Sebaliknya, jika ada perbedaan, masalah itulah yang akan kita analisis
dan rumuskan.
setidaknya ada 4
penyebab utama masalah, yaitu :
1. Masalah
pengetahuan atau informasi
Bisa saja terjadi
bahwa sekalipun masyarakat di suatu tempat telah mengetahui masalah yang mereka
hadapi, namun mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan atau informasi
tentang pemecahan masalah tersebut. Misalnya di suatu daerah yang masyarakatnya
banyak memelihara unggas telah mengetahui bahwa saat ini banyak unggas yang
terinfeksi virus H5N1 dan terserang flu burung hingga menelan korban jiwa
manusia. Masyarakat peternak
unggas ini tentulah menginginkan jangan samai mereka terkan penyakit yang belum
ada obatnya ini. Namun mereka belum mengetahui bagaimana jalan keluarnya agar
mereka tetap bisa memelihara unggas namun terhindar dari flu burung. Masyarakat
tersebut belum mendapat informasi tentang pencegahan flu burung.
2. Masalah
keterampilan (skill)
Meskipun telah
mengetahui persis masalah yang dihadapi, dapat pula masyarakat tidak bisa
berbuat apapun untuk mengatasi masalah yang dimaksud, oleh karena mereka tidak
mempunyai keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya. Sebagai
contoh, masyarakat di daerah yang memelihara banyak unggas telah menyadari
bahwa unggas yang dipelihara harus diberi vaksin dan dibersihkan secara rutin
baik unggas ataupun kandangnya. Hanya
saja masyarakat tidak dapat melakukannya dikarenakan mereka tidak pernah
diberikan keterampilan untuk memberi vaksin dan membersihkan dengan cara yang
paling benar dan efektif.
3. Masalah
sikap mental (attitude)
Sikap
mental memang suatu hal yang menentukan perilaku hidup. Walaupun suatu
masyarakat telah memahami apa yang menjadi masalah bagi mereka, telah mengerti
bagaimana memecahkan masalah tersebut, namun jika sikap mental mereka tidak
mendukung untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak ada gunanya.
4. Masalah sumber-sumber (resources)
Ketiadaan sumber juga
menyebabkan pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh suatu masyarakat menjadi
terhalang. Sumber yang dimaksud bisa sumber daya alam, sumber daya manusia,
ataupun sarana penunjang lainnya. Andaikan di daerah yang akan kita jadikan
lokasi perencanaan fakta dan datanya kesulitan sumber tertentu, kita jangan
langsung membatalkan pemlihan lokasi tersebut. Sebaiknya kita menganalisis terlebih dahulu
ketersediaan akses untuk mendapatkan sumber tersebut dari lokasi yang akan kita
pilih dengan lokasi disekitarnya. Jika akses bisa dipergunakan dengan mudah
maka lokasi tersbut tetap bisa kita pilih.
Ciri-ciri Masalah
Sebelum kita
merumuskan masalah untuk membuat perencanaan, maka terlebih dahulu kita
mengidentifikasikan dan memilih masalah. Walaupun jenis masalah cukup banyak,
tapi kita harus mampu memilih mana masalah yang cukup baik untuk dipecahkan.
Ada beberapa ciri-ciri
masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi (content) dari rumusan masalah,
ataupun dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah
yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1. Masalah yang
dipilih harus punya nilai
2.
Masalah yang dipilih harus punya fisibilitas
3.
Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si
Masalah yang
dipilih harus punya nilai
Masalah
harus mempunyai isi yang mempunyai nilai, dalam artian mempunyai kegunaan
tertentu serta dapat digunakan untuk suatu keperluan. Dalam memilih masalah,
masalah akan mempunyai nilai jika hal-hal berikut diperhatikan :
a.
Masalah haruslah mempunyai keaslian
Masalah yang dipilih
haruslah mengenai hal-hal yang up
to date dan baru. Hindarkan
masalah yang sifatnya sudah usang. Masalah haruslah mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang signifikan, di mana hal tersebut kurang mendapat
perhatian di masa lampau. Jika ingin mengangkat hal-hal yang lama, maka
sebaiknya masalah tersebut dikaitkan dengan terkhnik, fakta, atau data yang
terbaru sehingga topik-topik lama menjadi baru.
b.
Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah
harus menyatakan suatu hubungan antara dua atau lebih variabel. Masalah dapat
saja mengenai hubungan antara fenomena-fenomena alam, atau lebih khas lagi
mengenai kondisi-kondisi yang mengontrol fakta-fakta yang diamati. Selanjutnya,
pemecahan masalah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui
dan mengontrol fenomena-fenomena tersebut.
c.
Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah
yang dipilih harus mempunyai arti dan nilai. Masalah harus ditujukan lebih
utama untuk memperoleh fakta serta kesimpulan dalam suatu bidang tertentu.
d.
Masalah harus dapat diuji
Hubungan-hubungan
dalam masalah harus dinyatakan dalam variabel-variabel yang dapat diukur.
e.
Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
Masalah
harus dinyatakan secara jelas dan tidak membingungkan dalam bentuk pertanyaan
namun dfiformulasikan dalam bentuk yang dapat di ukur.
Masalah harus fisibel
Masalah
yang dipilih harus punya fisibilitas, yaitu masalah tersebut dapat dipecahkan,
berarti:
a.
Data serta metode untuk memecahkan masalah tersebut harus tersedia
Masalah
yang dipilih harus mempunyai metode untuk memecahkannya dan data yang menunjang
pemecahan masalah. Data untuk menunjang masalah harus pula mempunyai kebenaran
yang standar, dan dapat diterangkan.
b.
Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan,
c.
Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
d.
Biaya dan hasil harus seimbang
Biaya
untuk pemecahan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah. Jika
pemecahan masalah di luar jangkauan biaya, maka masalah yang ingin dipilih tidak
fisibel sama sekali. Mencocokkan antara masalah dan biaya merupakan seni serta
keterampilan.
e.
Administrasi dan sponsor harus kuat
f.
Tidak bertentangan dengan hukum dan adat
Masalah
yang dipilih harus tidak bertentangan dengan adat-istiadat, hukum yang berlaku,
maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain.
Janganlah memilih masalah yang dapat menimbulkan pertentangan baik fisik maupun
itikad.
Masalah harus
sesuai dengan kualifikasi perencana
Ada
dua hal yang bisa dilihat dalam menilai apakah masalah tersebut sesuai dengan
kualifikasi perencana, yakni :
a.
Menarik bagi peneliti/perencana
Masalah
yang dipilih harus menarik bagi perencana dan akan lebih baik jika cocok dengan
bidang kemampuannya. Masalah yang dipilih harus menarik keingintahuan dan
memberi harapan kepada perencana untuk menemukan jawaban ataupun memecahkan
masalah lain yang lebih menarik dan lebih penting. Dalam realitanya memang ada
perencana yang membuat rencana yang tdaik sesuai dengan bidang kemampuannya,
hanya saja biasanya perencana tetap akan menggunakan bantuan tenaga ahli dalam
bidang tersebut.
b.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi
Dengan
perkataan lain, sukar mudahnya masalah yang ingin dipecahkan sesuai dengan
derajat kemampuan perencana. Derajat kemampuan dapat dilihat dari latar
belakang pendidikan ataupun pengalaman.
B. ANALISIS KHALAYAK
Materi
pada bab ini adalah kelanjutan materi sebelumnya. Setelah kita memahami dan
mampu merumuskan serta menganalisis masalah, kita akan memcoba menganalisis
khalayak yang akan kita tuju yang mungkin akan mengambil manfaat pemecahan
masalah yang telah kita rumuskan sebelumnya.
Riset
terhadap khalayak merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Tujuannya agar pesan
komunikasi yang disampaikan dapat mengena pada target sasaran yang dituju.
Khalayak sasaran yang dimaksud disini adalah kelompok populasi yang akan dijangkau oleh program komunikasi yang akan
dibuat.
Salah satu studi
khalayak yang sering dilakukan adalah profil khalayak (audience profile). Riset ini sangat penting untuk memberitahukan
karakteristik khalayak. Seorang komunikator harus mampu membuat pesan yang
sesuai dengan kharakteristik khalayaknya, sehingga pesan tersebut dapat efektif
diterima oleh khalayaknya.
Khalayak sasaran tidak
selalu sama dengan pemanfaat (beneficiaries)
atau tidak semua khalayak adalah orang yang mengambil manfaat dari pesan yang
kita sampaikan. Sebagai ilustrasi.
Karakteristik
Khalayak
Analisis
khalayak merupakan bagian terpadu daripada disain dan perencanaan program
komunikasi. Untuk bisa melakukan analisis kita harus mengetahui
karakteristik-karakteristik khalayak yang akan kita tuju. Zulkarnaen dkk
(1994:54-55) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui karaketristik khalayak
diperlukan data-data dasar sebagai berikut :
1. Jumlah dan lokasi khalayak
Berapa banyak khalayak
yang ingin dijangkau perlu diketahui sejak awal. Jumlah ini menentukan pertimbangan dalam memilih
saluran atau media komunikasi yang akan dipilih nanti. Kalau jumlahnya sedikit,
mereka bisa dicapai dengan komunikasi antar pribadi. Kalau jumlahnya cukup
banyak bisa menggunakan komunikasi kelompok atau komunikasi massa.
Begitupun
lokasi tempat khalayak berada. Harus di lihat apakah khalayak yang dijangkau
berada dalam lokasi yang berdekatan, memencar, terpencil, atau sangat mudah
untuk dijangkau. Hal ini dapat mempengaruhi media komunikasi yang akan
digunakan. Jika lokasinya terpencil dan belum memiliki akses media massa,
sungguh tidka tepat jika kita memaksakan menggunakan radio atau televisi.
2. Profil sosioekonomi : kelompok umur,
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya.
Data
profil sosioekonomi ini diperlukan selain dalam menentukan media yang akan
digunakan juga berkaitan dengan perumusan pesan yang akan disampaikan. Pada
khalayak yang tidak memiliki akses dengan media dikarenakan pendapatan yang
sangat rendah tentulah tidak tepat menggunakan media televisi. Begitupun dengan
perumusan pesan, pesan yang ditujukan pada khalayak yang berumur 6-12 tahun
tentu tidak sama dengan perumusan pesan untuk khalayak usia 15-18 tahun.
Berkomunikasi dengan khalayak yang mayoritas bekerja sebagai petani tentulah
berbeda dengan para tenaga pengajar di sekolah. Karena minat, orientasi dan
kepentingan masing-masing kelompok berbeda-beda. Jika perbedaan tersebut tidak
diperhitungkan dengan baik, hasil perencanaan yang Anda buat tentulah tidak
menghasilkan hal yang baik.
3. Profil sosiokultural : agama, bahasa, pola
kehidupan keluarga, sistem kepercayaan tradisional, nilai-nilai, sumber-sumber
informasi, praktek-praktek komunikasi dan interaksi khalayak.
Profil
sosiokultural ini sangat penting untuk dikaji. Bagaimanapun respon khalayak
terhadap program komunikasi yang akan dilancarkan amat ditentukan oleh
nilai-nilai agama, norma-norma, sumber-sumber informasi mereka serta
faktor-faktor kultural lain yang mendasari kehidupan khalayak. Segala kebiasaan
dan tradisi yang berkaitan dengan tujuan program dan isi pesan harus dipahami
sejak awal.
Bahasa
yang digunakan sehari-hari oleh khalayak biasanya sedikit berbeda dengan bahasa
resmi. Bila kita menggunakan komunikasi antar pribadi dengan khalayak,
pengetahuan mengenai hal ini amat perlu. Karena akan mempermudah Anda dalam
berinteraksi, mudah membangun kedekatan, sehingga pesan mudah ditangkap.
Meskipun pada akhirnya
yang hendak dicapai adalah keseluruhan lapisan khalayak, namun masing-masing
tahapan kegiatan suatu program ada kebutuhan untuk mengutamakan suatu segmen
khalayak tertentu karena mereka mempunyai posisi yang strategis yang menentukan
bagi langkah program yang berikutnya.
Segmentasi Khalayak
Karakteristik, minat, dan kebutuhan informasi dari
khalayak sasaran tidaklah selalu sama. Karena itu, segmentasi khalayak menjadi
beberapa kelompok sasaran terkadang diperlukan. Untuk masing-masing kelompok
mungkin dibutuhkan strategi yang spesifik. Bahkan di suatu masyarakat yang
kelihatannya homogen, sebenarnya tidak ada khalayak yang benar-benar sama.
Suatu program komunikasi yang seragam bisa-bisa akan terasa berbicara bagi satu
kelompok, namun menyerang yang lain dan tidak dimengerti oleh sisanya
Segmentasi berarti
pengelompokan khalayak dalam segmen-segmen tertentu yang dilakukan berdasarkan
berbagai kesamaan yang terdapat di kalangan lapisan khalayak tertentu.
Segmentasi dilakukan berdasarkan data-data karakteristik khalayak yang telah
diperoleh sebelumnya
C. PEMILIHAN MEDIA
Saluran
untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan
disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media
massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi
massa tersebut. Saluran media massa ini, melihat
bentuknya dapat dikelompokkan atas ;
a) Media
Cetakan (printed media) yang
mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya.
b) Media elektronik, seperti radio, televisi, film,
slide, video, internet, dan sebagainya.
Langkah-langkah Pemilihan dan Karakteristik Media
Langkah
berikutnya adalah memilih atau menetapkan media atau saluran (channel) yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan. Dasar utama dalam media tentulah tujuan atau objectives program. Kemudian
dipadankan dengan khalayak yang akan dijangkau. Hasilnya bisa saja yang
diperlukan adalah satu saluran tertentu, namun dapat pula suatu kombinasi dari
beberapa saluran sekaligus. Hal itu bergantung sepenuhnya pada apa tujuan yang
hendak dicapai.
Kecocokan
media untuk kelompok khalayak yang sama tapi untuk keperluan yang berbeda
(apakah sekedar menginformasikan, atau mau mengajarkan sesuatu, atau mau
membujuk) juga tidak sama. Apalagi untuk kelompok khalayak yang berbeda.
Khalayak
atau pihak penerima pada suatu peristiwa komunikasi bisa berupa seseorang
individu yang mendengarkan, membaca, menonton atau anggota suatu pertemuan yang
disebut sebagai khalayak massa (mass audience). Siapa yang menjadi khalyak
dalam program komunikasi menjadi dasar dalam melilih media yang sesuai. Seperti
telah diketahui bahwa komunikasi, sebagaimana asal katanya dari bahasa latin:
communis atau dalam bahasa Inggris: common, berarti menjadikan sesuatu (dalam
hal ini pesan) sebagai pengetahuan aau perhatian bersama. Pengertian
berkomunikasi, pada hakikatnya ialah mencoba atau berusaha untuk menegakkan
suatu “kebersamaan” dengan pihak lain, yaitu penerima dalam komunikasi
tersebut.
Secara
umum saluran komunikasi dibedakan antara yang bersifat antarpribadi dan yang
menggunakn media. Sedangkan yang menggunakan media kemudian dapat dikelompokkan
menjadi media massa dan media non massa.
Langkah-langkah
memilih media atau saluran
1.
Mendaftar semua media yang ada.
2. Mengevaluasi setiap media.
3.
Menentukan ketersedian media.
4.
menentukan cost-effective media.
5.
Menggunakan kombinasi beberapa media.
1. Mendaftar semua media yang menjangkau
khalayak
Media
apa sajakah yang diperkirakan akan menjangkau khalayak yang hendak dituju oleh
program komunikasi ini? Jawabannya baru dapat diketajui jika kita telah
mengetahui bagaimana kondisi masing-masing media yang ada. Dengan mengetahui
apa saja media yang ada, barulah kita dapat memilih dengan baik. Dengan
mendaftar media tadi kita dapat mengetahui hal-hal yang terpenting dari setiap
media. Misalnya berapa banyakkah proposisi khalayak yang memiliki pesawat radio
atau televisi ?
Berapa
persenkah tingkat melek huruf khalayak? Berapa oplah surat kabar yang terbit
disini? Suratkabar atau majalah apa yang paling populer? Apakah ada program
pendidikan yang beroperasi ke tengah kalangan khalayak yang dituju? Misalnya,
kelompok pendengar siaran radio pedesaan, kelompok belajar, kelompok petani,
dan sebagainya. Apakah ada bentuk-bentuk media tradisional seperti pertunjukan
drama, dan sebagainya.
2. Mengevaluasi tiap medium dalam arti
pendekatan komunikasi yang digunakan.
Sesuai
dengan pendekatan yang digunakan – apakah hanya penyampaian informasi,
pengajaran atau persuasi – setiap media dinilai apakah cocok ?
Untuk
sekedar menyampaikan informasi, sejumlah media massa tepat untuk digunakan
seperti: radio, poster, leaflet, billboard, dan sebagainya. Jika kita ingin
khalaya kmemahami dan terampil menggunakan kontrasepsi, maka saluran yang
sesuai tentunya yang memungkinkan terjadinya diskusi seperti kunjungan kerumah,
grup diskusi, dan sebagainya. Sedangkan untuk pendekatan yang menggunakan
persuasi atau bujukan, hal yang terpenting adalah jalur komunikasi antarpribadi
serta dukungan dari orang yang berpengaruh seperti para pemimpin opini.
3. Menentukan apakah suatu media tersedia.
Dengan
mendaftar semua media yang ada dan mengevaluasi satu persatu, maka kini kita
memiliki daftar media yang lebih singkat. Maksudnya tinggal media yang
benar-benar tersedia untuk digunakan setelah dikurangi yang terjaring oleh dua
langkah pertama diatas tadi.
4. Menetukan cost-effective nya
media yang tersedia.
Tak dapat dipungkiri
bahwa kunci yang menetukan dalam memilih media atau saluran adalah soal biaya.Ada yang menghitungnya sebagai biaya penyampaina pesan
untuk per oaring. Misalnya kalau sebuah surat kabar beroplah 25 ribu, dan biaya
yang diperlukan 100 ribu rupiah, berarti ongkos pembaca adalah 4 rupiah. Beda
dengan misalnya jika anda ingin mencapainya lewat televisi yang mungkin meminta
biaya sekitar 10 juta rupiah.
5.
Menggunakan beberapa media
Riset menunjukkan
bahwa dalam penyebarluasan inovasi, kombinasi antar berbagai media ternyata
paling efektif untuk mencapai tujuan.
D. OBYEKTIF DAN FUNGSINYA
Barang kali
banyak orang mempergunakan kata obyektif tersebut. Namun bagaimana merumuskan
obyektif sebagaimana yang di maksud didala buku ini, hanya orang-orang tertentu
saja (misalnya pegembangan kurikulum dan guru ) yang mengetahui. Obyektif
didefinisikan sebagai suatu pernyataan hasil yang dikehendaki yaitu suatu
pernyataan yang menunjukkan sebagai apa pelajaran itu bila pelajaran tersebut
telah menyelesaikan dengan sukses proses pengalaman belajarnya. Dengan
demikian, obyektif itu harus dinyatakan sebagai tingkah laku sisiwa dan bukan
dinyatakan sebagai proses.
Jadi, untuk
mengembangkan obyektif itu,kita perhatikan hal-hal berikut :
a. Focus
perhatiannya lebih kepada tingkah laku siswa daripada tingkahlaku guru
Missalnya :”
sisiwa akan mampu menyelesaikan…………” tetapi bukan “untuk mengajar siswa
bagaimana menyelesaikan…………,”
b. Obyektif melukiskan
suatu hasil dan bukan suatau proses.
Misalnya : “sisiwa mampu membedakan ………….” Dan bukan “
untuk mengembangkan pengertian …….”
Prnsip yang bertitik tolak lebih
kepada siswa daripada guru itu merupakan prinsip utama dalam belajar, sebab
belajar itu dikerjakan oleh siswa, bukan oleh guru. Sisiwa sendiri yag harus
mengerjakan untuk dirinya sendiri.
Adapun
fungsi obyektif adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengarahkan perkembang kurikulum atau guru di dalam memilih materi dan
pengalaman belajar matematika apa yang dicakup dan apa yang ditekankan atau di
pentingkan.
2)
Untuk mengarahkan penilai atau guru didalam menyusun alat- alat penilaian.
Obeyektif itu dicapai dengan sukses oleh seorang siswa apabila sisiwa itu dapat
mendemonstrasikan hasil yang di capai itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa perencanaan komunikasi perlu adanya
penerapan dan tahapan tahapan tertentu yang dapat membuat semuanya berjalan
dengan baik.
Semoga dengan adanya
makalah ini pembaca dapat bisa belajar tentang artinya perencanaan komunikasi
penunjang pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
H A W Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.
Rineka Cipta. Jakarta.
Onong
Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra
Aditya Bhakti. Bandung.
Totok
Djuroto. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Udin
Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan
(Suatu pendekatan Komprehensif). Remaja Rosdakarya. Bandung
0 komentar:
Posting Komentar